TEMPO.CO, Jakarta - Pemilih Partai Persatuan Pembangunan atau PPP dan Hanura tak solid mendukung Jokowi - Ma'ruf. Hal itu terlihat dari sigi teranyar yang dilakukan Lembaga Survei Indikator Politik.
Peneliti Indikator, Rizka Halida mengatakan ada split-ticket voting atau dukungan pemilih yang tak sejalan dengan partai pilihannya dalam Pilpres 2019. Seperti diketahui PPP dan Hanura adalah partai pengusung Jokowi - Ma'ruf.
Menurut Rizka, ada basis pemilih dari partai pendukung pasangan Jokowi -Ma'ruf yang terbelah ke pasangan Prabowo - Sandiaga. Basis pemilih yang terbelah ini, kata dia, paling besar ada di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Hanura.
"Sebagian basis pemilih dari partai ini tak searah dengan dukungan partai ke Jokowi - Ma'ruf," ujar Rizka di kantor Indikator Politik, Jakarta, Rabu, 23 Januari 2019.
Survei Indikator merekam hampir separuh basis pemilih PPP terbelah ke capres oposisi. Menurut Rizka, dari data itu, sebanyak 53,7 persen pemilih PPP mendukung Jokowi dan 43,2 persen ke arah Prabowo.
Adapun, untuk Partai Hanura, sebanyak 59,1 persen pemilihnya mendukung Jokowi dan 39,6 persen lainnya memilih Prabowo. "Basis PPP dan Hanura memang paling banyak terbelah memilih oposisi," ucap Rizka.
Rizka menuturkan, partai yang pemilihnya paling solid mendukung Jokowi - Ma'ruf adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Partai berlambang kepala banteng ini memiliki persentase sebesar 90,1 persen memilih Jokowi sesuai arah dukungan. "Yang 6 persen pemilih lainnya memilih Prabowo," tuturnya.
Survei Indikator Politik ini dilakukan pada 16-26 Desember 2018. Metode sampling-nya menggunakan multistage random sampling dengan 1.220 responden. Pengumpulan data menggunakan wawancara tatap muka. Adapun tingkat margin of error penelitian ini kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.