Irit bicara Ma'ruf Amin, menurut Monica, bisa dibilang paling pendiam selama debat perdana karena panggung lebih didominasi oleh Joko Widodo. Pada awal debat, dia sempat diberi kesempatan untuk menambahkan argumen Jokowi, tapi memilih untuk diam. "Saya tidak menambah, saya mendukung pernyataan Pak Jokowi," ujar Ma'ruf.
Baca: Jokowi Akui Punya Beban Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu
Monica melihat situasi itu memang sudah ditentukan sejak awal, di mana Ma'ruf memang berkontribusi pada tema-tema tertentu yang dia kuasai. Ketika menolak untuk menambahkan pernyataan Jokowi, Ma'ruf terlihat masih grogi karena panggungnya berbeda dari aktivitas ceramah. Namun belakangan kegugupannya mereda dan dia menambahkan sedikit komentar di sana-sini.
"Jokowi mendominasi, tapi Ma'ruf tetap dikasih kesempatan untuk bicara." Dibandingkan Prabowo - Sandi, interaksinya dengan Jokowi lebih terbatas. Monica berpendapat ini karena Jokowi bersikap hormat terhadap Ma'ruf sebagai seorang figur besar.
Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo - Maruf Amin dan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno menaiki panggung jelang ikuti sesi debat perdana capres - cawapres di Pilpres 2019 di Jakarta, Kamis 17 Januari 2019. TEMPO/Subekti.
Meski dinilai sebagai kandidat yang paling gugup, Ma'ruf dianggap banyak memperlihatkan senyum tulus selama debat berlangsung. "Ada senyum tulus, ada senyum sosial. Banyak senyum tulus yang terlihat dari Ma'ruf," katanya.
Gulung lengan baju Jokowi menggulung lengan baju usai memberikan pernyataan penutup, menolak tawaran untuk menghabiskan jatah bicaranya yang masih tersisa. Menurut Monica, ini menyiratkan keinginannya untuk segera melanjutkan pekerjaan.
Kedua kubu, meski dipersilakan untuk memberikan kata-kata penutup "menyejukkan" untuk mengapresiasi pesaing, memilih untuk tidak saling memuji. Namun suasana dingin itu kembali menghangat ketika debat usai, di mana Jokowi berjalan lebih dulu ke arah Prabowo dan mereka saling berpelukan.