TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman menanggapi kritikan Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK soal kisi-kisi debat capres yang dibuka. Menurut Arief, dalam debat nanti tak semua pertanyaan yang disiapkan akan diberikan ke pasangan calon.
Baca juga: JK Sarankan Visi Misi Disampaikan Capres-Cawapres, Bukan Timses
"Hanya pertanyaan dari dua segmen debat yang diberikan ke pasangan calon," ujar Arief di kantor KPU, Jakarta, Selasa, 8 Januari 2019.
Sebelumnya, JK tak setuju dengan langkah KPU yang berencana memberikan kisi-kisi materi debat pemilihan presiden sebelum acara tersebut dimulai. Jawaban yang akan diberikan, menurut JK, tidak menandakan jawaban yang asli.
JK menuturkan, ajang debat bertujuan untuk mengukur pengetahuan capres dan cawapres saat menghadapi masalah. Mereka harus memutuskan sendiri langkah yang akan ditempuh ketika menghadapi masalah. Dari jawaban itulah masyarakat mengetahui kemampuan calon pemimpin mereka dan menentukan pilihannya.
Arief mengatakan dalam debat pertama pilpres pada 17 Januari nanti, akan ada enam segmen. Segmen kedua dan ketiga, yakni akan diisi dengan pertanyaan dari moderator ke pasangan calon. Pertanyaan ini yang sebelumnya diberikan ke setiap capres-cawapres sepekan sebelum debat. "Itu pertanyaan yang dibikin panelis. Dan, pasangan calon pun tak tahu pertanyaan nomor berapa yang diberikan," katanya.
Selanjutnya, kata Arief, pada segmen keempat dan kelima, akan ada pertanyaan yang dilemparkan antarpasangan calon. Dia mengatakan pada segmen ini setiap pasangan calon tak akan tahu pertanyaan yang diberikan pasangan lain. "Dua segmen berikutnya ini kan pertanyaannya tertutup," ucapnya. "Jadi sebetulnya ya masih setengah-setengahlah. Setengah terbuka."
Baca juga: JK: Tak Ada Visi Misi Capres, Tak Ada Bahan Kritik
Arief menilai, dengan konsep pertanyaan terbuka dan tertutup ini tak akan mengurangi substansi debat capres. Meski ada pertanyaan terbuka, kata dia, setiap pasangan calon akan menanggapi jawaban lawannya. Hal ini, menurut Arief, akan membuat ada interaksi dan saling lempar argumen antarpasangan. "Nanti ada pasangan menanggapi. Tanggapannya nanti seperti apa, kemudian atas tanggapan itu bisa ditanya lagi," tutur Arief. "Jadi sebetulnya rasanya tetap rasa debat."