TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Djoko Santoso, mengaku tak khawatir dengan tema debat pertama pemilihan presiden 2019 yang mengangkat tema hak asasi manusia atau HAM. Djoko tak resah kendati Prabowo kerap diserang dengan isu pelanggaran HAM masa lalu.
Baca: Bertemu Eks Pejuang Timtim, Prabowo: Kasihan Nasib Kalian Kini
"Enggak (khawatir)," kata Djoko di kawasan Jakarta Selatan, Kamis, 27 Desember 2018.
Menurut Djoko, isu HAM adalah isu daur ulang belaka. Dia beralasan, isu itu tak muncul saat Prabowo berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri di pemilihan presiden 2009. Namun, isu HAM muncul saat Prabowo mencalonkan diri di pilpres 2014 dan 2019.
Prabowo diduga terlibat dalam penculikan aktivis saat reformasi 1998. Ketika itu, Prabowo yang menjabat sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus merupakan pimpinan Tim Mawar yang diduga terlibat penculikan aktivis pro demokrasi.
Djoko menganggap tak masalah Prabowo dituduh melanggar HAM saat Indonesia tengah berada di masa peralihan, yakni dari orde baru ke reformasi. Mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia ini berujar pilihan melanggar HAM itu memang menjadi risiko bagi orang-orang yang bertugas di wilayah krisis.
Baca: Debat Pilpres, Prabowo - Sandiaga Bakal Beberkan HAM Ekosob
Djoko berujar dia pun akan memilih untuk melanggar HAM jika pilihan lainnya adalah keruntuhan Indonesia. Menurut dia, tak masalah dirinya melanggar HAM, asalkan negara tetap utuh.
"Lima tahun lalu saya pernah ditanya itu, melanggar HAM atau negara ini jadi rusak atau runtuh. Lebih baik melanggar HAM, kan saya saja yang dihukum, negara tetap utuh. Itu pilihan-pilihan bagi orang yang bertugas di wilayah-wilayah krisis," kata Djoko.
Djoko menambahkan, ada yang lebih berbahaya dari melanggar HAM di era peralihan, yakni melanggar HAM di masa kini. "Kalau sekarang sudah demokrasi dalam kondisi seperti ini melanggar HAM, nah itu lebih berat itu," ujarnya.