TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma’ruf Amin menyebut pernyataan capres Prabowo Subianto bahwa Indonesia adalah bangsa miskin yang sejajar dengan Haiti dan Rwanda, tidak mendidik. Menurut Ma’ruf, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik dan tidak mungkin sama dengan negara-negara itu. Bahkan, ujar Ma'ruf, pertumbuhan ekonomi Indonesia nomor tiga setelah India dan Cina.
Baca: Tiga Ucapan Ma'ruf Amin yang Kontroversi di 2018
"Pernyataan seperti itu tak mendidik. Pernyataan itu tak memberikan optimisme, bahkan memberikan rasa takut dan kekhawatiran, seharusnya pemimpin itu memberikan optimisme," ujar Ma'ruf Amin di kediamannya di Menteng, Jakarta, pada Kamis, 27 Desember 2018.
Prabowo Subianto sebelumnya menyebut kondisi Indonesia saat ini berada setingkat dengan negara-negara miskin seperti Rwanda dan Haiti. "Kita (Indonesia) setingkat dengan negara miskin di benua Afrika: ada Rwanda, Haiti dan pulau-pulau kecil Kiribati, yang kita tidak tahu letaknya di mana," kata Prabowo saat berpidato di gedung Majelis Tafsir Al Quran (MTA) Solo Ahad pekan lalu, 23 Desember 2018.
Prabowo kala itu tengah berbicara soal setengah pendapatan bangsa Indonesia yang menurutnya hanya dinikmati oleh satu persen masyarakat. Jika satu persen masyarakat atau setengah pendapatan itu dicabut, kata Prabowo, penghasilan rata-rata rakyat Indonesia ialah US$ 1.900, kurang dari Rp 30 ribu per hari atau kurang dari Rp 1 juta dalam satu bulan. Ia pun menyinggung pemerintah yang dianggap melakukan kebijakan ekonomi yang salah.
Baca: Ngabalin Bela Ma'ruf Ucapkan Natal: Jangan Mempolitisir Agama
Ma’ruf mengatakan Indonesia juga sudah melakukan pemerataan melalui infrastruktur dan fasilitas. Selain itu, jumlah kemiskinan sudah berkurang signifikan, ketika warisan yang diturunkan rezim sebelumnya pada Jokowi cukup besar
Menurut Ma’ruf, saat ini kemiskinan sudah berada di angka satu digit, yang berarti sudah terjadi perubahan. Pada periode kedua seandainya Jokowi terpilih kembali, kata Ma’ruf, mereka berdua akan melakukan banyak terobosan karena landasannya sudah rampung pada periode pertama ini.
"Pak Jokowi sudah meletakkan dasar-dasar yang kuat. Karena itu dalam kepemimpinan kedua ini, bila diberikan kesempatan, akan ada lompatan-lompatan yang lebih besar lagi. Saya menyebutnya sebagai periode maximize utility, artinya memaksimalkan manfaat yang sekarang sudah ada," ujar Ma'ruf Amin.