TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy menganggap rencana kubu Prabowo Subianto - Sandiaga memindahkan markas pemenangan ke Jawa Tengah sebagai gimmick politik saja. Romi, sapaan Romahurmuziy, beralasan bahwa Jawa Tengah secara historis memang sudah memiliki kedekatan ideologis dengan partai tertentu.
Baca juga: Kubu Prabowo Sarankan Ma'ruf Amin Tak Dipaksa Berkampanye
Romi juga mengungkit ihwal Partai Demokrat yang tak juga menang di Jawa Tengah meski ketika itu Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden selama dua periode. "Saya melihat itu strategi political gimmick saja," kata Romi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 13 Desember 2018.
Rencana kubu Prabowo - Sandiaga memindahkan markas pemenangan di Jawa Tengah ini sebelumnya diungkapkan Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Sudirman Said. Sudirman berujar, pemindahan markas itu merupakan upaya memenangkan pasangan calon nomor urut 02 itu di Jawa Tengah.
Sudirman dan sejumlah anggota tim kampanye Prabowo-Sandiaga lainnya optimistis bakal memecah suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang selama ini menjadi pemenang pemilu di Jawa Tengah. Mereka pun mengungkit perolehan suara Sudirman ketika pemilihan gubernur 2018 sebesar 41 persen.
Menurut Romi, argumen ihwal hasil pilgub ini tak relevan. Sebab, Sudirman sebelumnya berpasangan dengan Ida Fauziyah yang merupakan kader Partai Kebangkitan Bangsa. Romi mengklaim suara PKB di Jawa Tengah berkisar 15 persen.
Anggota Dewan Penasihat Tim Kampanye Nasional Joko Widodo - Ma'ruf Amin ini pun berujar, gimmick politik itu sengaja dilontarkan kubu 02 agar tim Jokowi tak konsentrasi menggarap daerah yang menjadi basis suara Prabowo. "Yaitu di Jabar, Banten, dan kemudian beberapa provinsi Sumatera yang kemarin Pak Jokowi masih kalah," ujar Romi.
Kendati menganggap gimmick, Romi berujar tim Jokowi bakal memantau seberapa serius langkah kubu lawan menggarap Jawa Tengah. Kubu Jokowi tak akan ambil pusing jika tim Prabowo-Sandiaga sekadar menyewa markas di Jawa Tengah.
Kegiatan Sandiaga gencar berkampanye pun belum dianggap terlalu mengancam oleh Romi. Dia menganggap, Sandiaga selama ini cenderung mendatangi pusat keramaian yang tingkat penetrasinya tak terlalu masif.
"Yang perlu kami waspadai justru jika frekuensi yang dilakukan itu meningkat secara signifikan," ujarnya.
Baca juga: Menteri Jokowi Tanggapi Enteng Pemindahan Markas Kubu Prabowo
Menurut Romi, kampanye malas biasanya hanya mengunjungi tiga titik per hari, kampanye sedang lima hingga tujuh titik, sedangkan tergolong kampanye rajin jika mendatangi delapan hingga 17 titik per hari. Romi tak merasa khawatir sebab hanya Sandiaga yang banyak bergerak, sedangkan Prabowo tidak.
Selain itu langkah kubu Prabowo menjadi serius, ujar Romi, jika mereka memang bergerak masif dari pintu ke pintu atau door to door untuk menggaet pemilih, serta menyebar lebih banyak material kampanye.
"Kalau sekadar memindahkan pusat atau posko pemenangan saja kan belum serius, itu bisa bagian dari penyempurnaan gimmick," kata Romi.