TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimoeljono mengatakan pembangunan Rumah Instan Sederhana Sehat sebagai pengganti rumah yang rusak akibat gempa Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB) berjalan lambat. Sumber daya manusia menjadi kendalanya.
Basuki mengatakan pemerintah berniat menggerakkan masyarakat setempat untuk mempercepat pembangunan. Kementerian Pekerjaan Umum sudah mendidik 330 orang untuk membantu prosesnya. "Tapi seminggu, dua minggu kerja, mereka resign," kata dia di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu, 12 Desember 2018.
Baca: Dibangun 1.000 Rumah Untuk Korban Gempa ...
Menteri mentargetkan upaya percepatan itu mampu membangun 300 unit per hari. Namun saat ini jumlah rumah yang dibangun hanya 80-100 unit.
Lambatnya pembangunan bisa mempengaruhi tenggat penyelesaian rekonstruksi rumah rusak. Seluruh permintaan rumah ditargetkan rampung paling lama dalam delapan bulan. "(Kalau dengan kondisi sekarang) Wah… itu pasti lama lagi," ujar Basuki.
Pemerintah berusaha mengakalinya dengan menambah pekerja. Basuki meminta enam BUMN yang terlibat pembangunan rumah rusak menambah masing-masing minimal tiga tim. Satu tim terdiri dari delapan orang.
Baca: Rumah Tahan Gempa Rp 15 Juta Mulai Berdiri ...
Permintaan rumah instan sehat untuk korban gempa Lombok saat ini mencapai 4.203 unit. Hingga 10 Desember 2018, terdapat 1.363 rumah yang dibangun kelompok masyarakat dan individual.
Sedangkan ada 236 rumah instan kayu, 517 rumah instan konvensional, dan 8 rumah cetak Indonesia yang sudah dibangun. Pemerintah provinsi meminta pengurangan jumlah unit rumah instan kayu. Pemerintah mencegah penggunaan berlebihan kayu yang bisa merusak hutan.