TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demkorat, Andi Arief, menyarankan calon presiden yang diusung partainya, Prabowo Subianto, lebih bersabar dalam menghadapi media massa. Andi paham atas kemarahan Prabowo kepada media, namun kata dia, masih banyak upaya yang dapat dilakukan, salah satunya menggunakan media sosial.
Baca: Protes Prabowo ke Media, AJI: Publik Menilai Mana yang Akurat
Andi menilai ada kemunduran pers pada era kepemimpinan Joko Widodo atau Jokowi dibandingkan dengan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurut dia, SBY yang berlatar belakang militer, memberikan kebebasan pers. Ia menduga hal itulah yang memicu kekesalan Prabowo.
"Mungkin Pak Prabowo kesal, kok di zaman presidennya sipil seperti sekarang, pers bisa mengalami kemunduran," kata Andi melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo Kamis 6 Desember 2018.
Ia mengatakan Prabowo harus lebih bersabar dengan kondisi ini. Kondisi yang dimaksudkan Andi adalah dugaannya terkait media massa arus utama yang banyak berpihak kepada Jokowi pada pemilihan presiden 2019 ini. Menurut dia, masih ada media sosial yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk melawan arus utama media massa.
Baca: Geram Pemberitaan Reuni 212, Prabowo Omeli Media dan Jurnalis
Menurut klaim Andi, kini di Indonesia setidaknya ada 13,4 juta jiwa yang aktif menggunakan media sosial. Andi menilai karakteristik para pengguna media sosial ini cukup agresif, dan agresifitas ini dapat mereka gunakan.
Ia membandingkan upaya menggerakan media sosial ini sama seperti penggunaan media alternatif bawah tanah ketika era Presiden Soeharto, di zaman Orde Baru. "Dulu era Pak Harto semua media dikuasai, (tapi) tidak berdaya menghadapi sebaran dan pionir internet," kata dia.
Andi menambahkan, gerakan serupa pernah terjadi di Iran, menyebarkan propaganda menggunakan mesin photocopy, atau di Filipina dengan menyebarkan pesan singkat.
Baca: Kubu Jokowi Heran Prabowo Marah Soal Pemberitaan Reuni Akbar 212
Sebelumnya, Prabowo sempat naik pitam ketika menghadiri acara peringatan Hari Disabilitas Internasional di Jakarta, Rabu 5 Desember 2018. Prabowo protes media tidak menyebutkan angka yang tepat, ketika memberitakan jumlah massa yang menghadiri acara Reuni 212 pada 2 Desember lalu.
Prabowo Subianto, menuding media telah memanipulasi demokrasi. "Media-media mengatakan dirinya obyektif, bertanggung jawab untuk membela demokrasi, padahal justru mereka ikut bertanggung jawab menjadi bagian dari usaha manipulasi demokrasi."