TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden Sandiaga Uno mengungkapkan keinginannya agar calon presiden Prabowo Subianto dan calon presiden inkumben Joko Widodo berpelukan di panggung reuni 212. Sandiaga berharap ajang itu menjadi silaturahmi antara dua orang yang berkontestasi di pemilihan presiden 2019 itu.
Baca: Sandiaga Akui Jual Saham Saratoga untuk Biaya Kampanye
"Saya dengar Pak Presiden akan hadir dan Pak Prabowo juga akan hadir. Alangkah baiknya kalau mereka berpelukan di atas panggung dalam satu dzikir dan berdoa untuk negeri," kata Sandiaga di kawasan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat, 30 November 2018.
Sandiaga mengatakan momen itu akan memberi dampak penting untuk masyarakat. Dia juga mengungkit momen pelukan Prabowo dan Jokowi saat final pencak silat Asian Games 2018. Saat itu, pelukan keduanya sontak diperbincangkan dan disebut-sebut sebagai simbol dan komitmen untuk tetap damai kendati bersaing di pilpres 2019.
Sandiaga mengatakan reuni 212 bukan kegiatan politik. Dia pun menyebut reuni 212 sangat damai dan melegenda lantaran mampu mengumpulkan jutaan massa. "Ini benar-benar bukan event politik, tapi acara yang mengangkat ukhuwah Islamiah dan ukhuwah wathaniyah kita. 212 ini saya lihat sangat damai," ujarnya.
Baca: Cerita Sandiaga Kerap Dipanggil Pak Anies Saat Kampanye di Daerah
Reuni 212 akan digelar pada Ahad, 2 Desember mendatang. Persaudaraan Alumni 212 menyelenggarakan acara itu untuk memperingati dua tahun aksi 212 pada 2016 yang menuntut mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dihukum.
Penanggung jawab Reuni 212 Slamet Maarif mengklaim acara tersebut tak bermuatan politik. Dia mengklaim acara tersebut murni silaturahmi dan bukan ajang kampanye salah satu calon presiden.
Namun, Slamet juga berujar akan ada pengibaran satu juta bendera tauhid bersamaan dengan bendera merah putih di reuni 212 mendatang. "Ayo jadi salah satu pembela kalimat tauhid, jadilah bagian peristiwa bangsa Indonesia. Kibarkan bendera, satu juta bendera merah putih, dan satu juta bendera tauhid warna-warni," kata Slamet di Gedung Dewan Dakwah Islam Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, 28 November 2018.