TEMPO.CO, Jakarta - Strategi Partai Berkarya yang “menjual” kepemimpinan Soeharto dengan Orde Baru-nya dalam kampanye menjelang Pemilu 2019 ini, dinilai tak akan laku. Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan mencontohkan pada pemilu 2014, Golkar juga membawa narasi yang sama. Bahkan, foto Soeharto dengan tulisan "Enak jamanku, toh", beredar di mana-mana.
Dengan narasi “jualan” Orde Baru, kata Jayadi, Golkar tidak menang. Suaranya tidak lebih baik dibandingkan pemilu sebelumnya. “Ringkas kata, isu orba itu sulit dijual,” ujar Djayadi Hanan saat dihubungi Tempo pada Rabu, 21 November 2018.
Baca: Partai Berkarya: Gedung Granadi yang Disita ...
Sejak lolos verifikasi untuk bertarung di pemilihan presiden 2019, partai besutan putera bungsu Soeharto, Hutomo Mandala Putra itu menyatakan akan menjual romantisme Orba untuk memenangkan pemilu 2019.
Merapatnya Titiek Soeharto dan keluarga Cendana lainnya ke partai itu semakin menguatkan narasi orba di Partai Berkarya. Teranyar, Titiek Soeharto kembali menyuarakan banyak hal baik di era kepemimpinan ayahnya, Presiden RI Kedua Soeharto.
Baca: Soeharto Tak Jadi Pahlawan Nasional, Begini Kata Partai Berkarya ...
Titiek mengatakan, Indonesia akan kembali seperti masa Orde Baru jika pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menang Pilpres 2019. "Sudah cukup. Sudah saatnya Indonesia kembali seperti waktu era kepemimpinan Bapak Soeharto yang sukses dengan swasembada pangan, mendapatkan penghargaan internasional dan dikenal dunia," ujar Titiek.
Menurut Djayadi, tak ada yang bisa dijual Partai Berkarya dari Soeharto dan Orba. “Apanya yang mau dijual?”