TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma’ruf Amin mengatakan konsep ekonomi keumatan dapat mengurangi impor. Dengan catatan, kata dia, harus ada ekspansi produk-produk dalam negeri.
“Kita harus memperbesar produk-produk dalam negeri, baik pertanian maupun industri ekonomi kreatif. Kalau itu diperbesar, diberikan nilai tambah, kan bisa yang selama ini kita impor, bisa kita kurangi,” kata Ma’ruf selepas menghadiri acara Ijtimak Sanawi di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Kamis, 8 November 2018. Ekonomi keumatan ini merupakan konsep ekonomi yang disampaikan Ma'ruf saat menjadi cawapres.
Baca: Ma'ruf Amin: Ekonomi RI di 2024 Sudah Siap Tinggal Landas
Menurut Ma'ruf, banyak produk-produk dalam negeri yang dapat ditingkatkan kualitasnya untuk mendongkrak nilai tambah. “Misalnya cokelat kita dorong, dia jadi produk yang kualitasnya (baik) di luar negeri. Atau kopi misalnya,” kata dia.
Hal ini, kata Ma'ruf, dapat meningkat dengan ekonomi keumatan dalam arus ekonomi baru Indonesia. Menurut dia, sampai sekarang ekonomi syariah sudah tumbuh hingga 8,5 persen.
Baca: Sandiaga Realistis soal Kebijakan Setop Impor
Karena itu, menurut Ma'ruf, Indonesia tinggal melakukan upaya penguatan, memperbesar, menambah dan menyempurnakan yang belum sempurna. "Semangat memasyarakatkan ekonomi syariah, dan mensyariahkan ekonomi masyarakat yang kini harus difokuskan," ujarnya.
Sementara itu, mengenai persoalan impor, calon wakil presiden nomor urut 2 Sandiaga Uno berpendapat impor bisa dikurangi bahkan dihentikan dengan sinkronisasi data. Ia mengatakan ketersediaan produksi pangan dalam negeri sebenarnya bisa diprediksi dengan teknologi dan analisis data.
Ia dan pasangannya, Prabowo Subianto, berencana menerapkan swasembada pangan dan energi jika terpilih. Menurut mereka, Indonesia memiliki sumber daya melimpah untuk bisa swasembada.
Baca: Jokowi Sebut Ma'ruf Amin Berpengetahuan Luas di Bidang Ekonomi