TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Djoko Santoso meminta timnya bekerja lebih keras dalam pemilihan presiden 2019. Djoko mengatakan, hasil survei dari sejumlah lembaga yang menunjukkan Prabowo-Sandiaga kalah elektabilitas dari Joko Widodo-Ma'ruf Amin harus menjadi peringatan bagi tim pemenangan.
Baca: Survei Indikator: Jokowi Ungguli Prabowo, tapi Suara Belum Aman
"Ini sudah semakin dekat, maka kami harus bekerja paling enggak dua kali lipat. Kan selalu kami yang namanya survei kalah terus, ya paling itu sebagai warning," kata Djoko di Media Center Prabowo-Sandi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa, 6 November 2018.
Sejumlah sigi lembaga survei memang mencatat Prabowo tertinggal dari Jokowi. Survei Indikator pada 1-6 September lalu, misalnya, mencatat elektabilitas Prabowo sebesar 31,1 persen, sedangkan Jokowi unggul dengan 57 persen.
Begitu pula hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting yang dirilis pada awal Oktober lalu. MRC mencatat, berdasarkan survei yang dilakukan pada 7-14 September lalu, elektabilitas Jokowi 60 persen, sedangkan Prabowo 28,7 persen. SMRC juga menyimpulkan bahwa peluang Jokowi untuk memenangi pilpres semakin besar.
Baca: Survei Alvara: Selisih Elektabilitas Jokowi dan Prabowo Mengecil
Djoko mengatakan timnya juga memiliki sigi internal. Merujuk pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo, Djoko mengatakan bahwa selisih suara Jokowi dan Prabowo tak terpaut jauh.
Hashim sebelumnya mengatakan bahwa Jokowi hanya unggul 6-11 persen dari Prabowo. "Jadi tidak (selisih) 22 persen seperti survei-survei lain," kata Hashim di Media Center Prabowo-Sandi pada Jumat, 19 Oktober 2018.
Terkait dengan hasil survei-survei itu, Djoko mengatakan, dirinya sebenarnya tak terlalu percaya hasil survei. Menurut mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia ini, yang terpenting badan pemenangan Prabowo bekerja lebih keras. "Kalau kami dibilang kalah, ya kami harus kerja lebih keras lagi," ujarnya.