TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan membantah pose satu jari yang dia lakukan merupakan kampanye terhadap salah satu pasangan calon. Luhut melakukan pose satu jari pada penutupan forum Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) di Bali beberapa waktu lalu.
"Boro-boro mikir kampanye, kami masih sibuk dengan kerja di sana. Semua tidak ada dalam urusan kampanye," kata Luhut di kantor Badan Pengawas Pemilu, Jakarta, Jumat, 2 November 2018.
Baca: Bawaslu Periksa Menteri Luhut dan Sri Mulyani secara Tertutup
Bawaslu hari ini memanggil Luhut dan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk dimintai keterangan terkait dugaan pelanggaran kampanye pejabat negara yang menunjukkan keberpihakan kepada salah satu pasangan calon. Mereka dilaporkan oleh seorang pelapor dari masyarakat, Dahlan Pido, pada 18 Oktober 2018.
Menurut Luhut, pose satu jari yang dia lakukan adalah aksi spontan. Ia berkata pose tersebut hanyalah ekspresi kegembiraannya bersama Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde dan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim bahwa Indonesia disebut sebagai negara yang mampu menyelenggarakan forum IMF pada tataran kelas dunia. "Mengangkat Indonesia pada standar yang lebih tinggi dari yang kami bayangkan. Itu saja," kata dia.
Bac: Luhut dan Sri Mulyani Akan Dilaporkan ke Bawaslu, Ini Penyebabnya
Luhut juga menilai tak ada pelanggaran kampanye yang dia lakukan terkait pose satu jari ini. Sebab, Luhut menyebut sudah membaca aturan terkait larangan menteri atau pejabat negara untuk berkampanye. "Ya kalau dari saya baca Undang-undangnya tadi tuh tak ada yang saya langgar," ujarnya.
Luhut dan Sri Mulyani diduga melakukan kampanye dalam forum internasional. Luhut mengacungkan salam satu jari di depan Jim Yong Kim dan Christine Lagarde. Adapun Sri Mulyani mengatakan satu jari itu untuk Joko Widodo dan dua jari untuk Prabowo Subianto. Maka kedua tamu internasional itu mengacungkan salam satu jari.
Baca: Diduga Berkampanye, Luhut dan Sri Mulyani Dilaporkan ke Bawaslu