TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi membantah kampanye terselubung saat peresmian pembebasan tarif Jembatan Suramadu pada Sabtu, 27 Oktober 2018. Jokowi dilaporkan oleh seorang bernama Rubby Cahyady ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Ia menduga Jokowi berkampanye lantaran ada sejumlah orang yang mengacungkan satu jari saat berfoto bersamanya.
Baca: Malam-malam Blusukan ke Pasar, Jokowi Cek Harga Bahan Pokok
Jokowi membenarkan saat di Suramadu beberapa ulama dan tokoh masyarakat Madura yang mendampinginya mengacungkan jari. Jokowi mengatakan telah meminta untuk dihentikan.
"Bahwa saat kami di jembatan, biasa di kanan kiri ada kiai, dan saat itu mengacungkan jari, sudah saya ingatkan 'tidak usah... tidak usah...'. Beda kalau saya suruh, justru saya mengingatkan jadi jangan dibalik-balik," kata Jokowi di Jakarta Internasional Expo, Kemayoran, Jakarta, Rabu, 31 Oktober 2018.
Berdasarkan pantauan Tempo saat hadir di peresmian pembebasan tarif Suramadu, acara ini memang dihadiri oleh sejumlah ulama dan tokoh masyarakat dari Madura. Saat Jokowi memberi sambutan, para ulama ada di sekelilingnya.
Setelah meresmikan, Jokowi mengajak para ulama ini berfoto bersama. Namun ketika mereka menuju ke arah awak media, para ulama mengacungkan satu jari sambil menyebut "Nomor satu... Nomor satu,". Jokowi yang mendengarnya berkali-kali meminta untuk dihentikan. "Sudah.. sudah."
Selain itu, Jokowi menampik jika keputusan menggratiskan Jembatan Suramadu bermuatan politis. Ia menuturkan prosesnya sudah lama, yakni sejak 2015.
Baca juga: Jokowi: Jangan Teriak Harga di Pasar Mahal, Nanti Ibu-ibu Marah
Pada 2015, kata Jokowi, masyarakat Madura meminta agar tarif untuk sepeda motor digratiskan. Pemerintah menyetujuinya. Setahun berselang, masyarakat kembali meminta agar tarif untuk mobil dipangkas. Pemerintah mengabulkannya dengan menurunkan harga sebesar 50 persen.