TEMPO.CO, Klaten - Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mengaku dirinya dekat dengan para kiai dan ulama sejak masih muda. "Dari dulu saya prajurit, tentara, ya sudah dekat sama ulama, kiai," kata Prabowo saat bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Darul Qur'an Salafiyah di Desa Demakijo, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, pada Selasa, 30 Oktober 2018.
Baca: Saat Prabowo Kecewa Ada Spanduk Kampanye Caleg di Pesantren
Ia menegaskan, kunjungannya ke sejumlah pondok pesantren selama ini bukan untuk kampanye atau meminta dukungan karena saat ini maju sebagai calon presiden. "Saya berniat untuk sowan (bertamu), menengok, minta restu dan doa dari tokoh-tokoh yang dihormati rakyat," kata Prabowo.
Di hadapan seratusan santri, Prabowo menceritakan bagaimana kedekatannya dengan para kiai dan ulama. "Kebiasaan tentara dulu, waktu saya masih muda, kami dimandiin kiai, karena kalau mati membela bangsa, kami mati syahid," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Prabowo mengatakan dirinya juga menghormati seluruh pemuka agama lain. "Karena agama Islam yang saya terima dari guru-guru, ustad saya, Islam itu rahmatan lil alamin. Islam yang memberi kebaikan untuk seluruh alam semesta. Islam yang sejuk, damai, rukun, bersahabat," katanya.
Baca: Prabowo Bertemu Tokoh Lintas Agama, Bicara Soal Kebhinekaan
Karena menghormati kiai dan ulama, Prabowo tidak meminta dukungan di pondok-pondok pesantren. "Bagi saya, ulama dan pesantren itu tempatnya harus di atas politik praktis. Kiai dan ulama milik semua, milik seluruh rakyat," ujarnya. "Tapi, bahwa saya punya hubungan yang dekat dengan ulama, itu hak saya sebagai warga negara, sebagai pribadi," ucapnya.
Dalam kunjungannya itu, Prabowo memberikan buku untuk pondok pesantren. "Mau meninggalkan oleh-oleh buku, boleh enggak? Untuk dipelajari dan disanggah kalau ada yang tidak masuk akal," ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur'an Salafiyah, Kiai Suntaji, mengatakan selama ini pihaknya selalu terbuka kepada politikus dari partai mana pun yang ingin meminta doa di pondok pesantren. "Tadi saya bilang ke Pak Prabowo, karena tujuannya kemari untuk silaturahmi, maka saya tidak akan menganjurkan para santri agar besok mencoblos bapak, karena saya tidak berpolitik dan tidak berpartai," kata Suntaji.
Baca: PSI Akan Laporkan Prabowo ke Bawaslu soal Gerakan Minum Susu
Suntaji menambahkan, Ponpes Darul Qur'an Salafiyah Klaten selama ini berpegang teguh pada prinsip Nahdlatul Ulama kembali ke Khtitah 1926. "Jadi NU dibebaskan berpolitik ke mana saja. Kalau misalnya ada NU di sana yang mewajibkan mencoblos Pak Jokowi, saya nggak aja lah. Saya tetap i'tiba pada Mbah Hasyim Asyari," kata putra almarhum Kiai Masyhoedi, pendiri pondok pesantren.