TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, bercerita kepada awak media tentang suka-duka selama sebulan melalui masa kampanye dengan berkunjung ke daerah dan menghimpun dana kampanye. Mantan Wakil Gubernur DKI itu mengungkapkan sulitnya meraup dukungan 3M, yaitu momentum, money (uang) dan media.
Baca: Sandiaga Uno Akan Jelaskan Dana Kampanye Sore Nanti
Pertama, soal uang. Sandiaga mengaku kesulitan menghimpun dana untuk operasional. "Kami akui, Prabowo - Sandi ini dhuafa," kata dia saat ditemui di Lapangan Bulungan, Jakarta Selatan, Selasa, 23 Oktober 2018. Menurut Sandiaga, timnya tak mulus mendekati para pemodal.
Kondisi demikian, menurut Sandiaga, berbanding terbalik dengan inkumben. Sandiaga menilai inkumben lebih gampang mendekati para pemodal ketimbang mereka yang merupakan oposisi inkumben.
Sedangkan soal media, Sandiaga menyebut ada beberapa nama kantor berita yang sudah tidak lagi memantau pergerakan kubu Prabowo - Sandiaga. Fenomena ini terjadi lantaran beberapa bos media sudah terang-terangan menyatakan preferensinya dalam pilpres 2019. Apalagi, ujar dia, sejumlah pemilik media mainstream, seperti Erick Thohir, juga menjadi tim sukses kubu lawan Prabowo-Sandiaga.
Baca: Susi Pudjiastuti ke Sandiaga: Ngomong Lagi, Saya Tinggal Tidur
Meski kesulitan seputar uang dan publikasi, Sandiaga mengklaim telah menerima sokongan bantuan dari masyarakat kelas menengah hingga bawah berupa dana tunai. Dana itu merupakan duit iuran dari sejumlah kelompok masyarakat yang ditemui dalam berbagai kesempatan di daerah kampanyenya. "Mulai dari Rp 7 juta, Rp 10 juta. Bantuan itu sangat membantu kami," ujarnya.
Sandiaga memang pernah menyebut memperoleh dana iuran dari pengusaha Kabupaten Bandung sejumlah Rp 10 juta. Uang itu dikumpulkan pekan lalu. Sebelumnya, ia juga membeberkan menerima amplop sumbangan dari emak-emak di Pamekasan senilai Rp 2,75 juta. Selain itu, di saat bersamaan, ia menyebut telah menerima bantuan dana kampanye sebesar Rp 7,5 juta dari pendukungnya di Surabaya.
Baca: Resah Jadi Alat Politik Sandiaga, Pedagang Pasar Pilih Jokowi
Sandiaga melihat fenomena sumbangan dari masyarakat ini merupakan momentum yang baik. "Kami rasakan masyarakat itu antusiasmenya luar biasa dan ini mulai ada efek bola salju," kata dia.
Ia mengklaim kondisi yang ditemuinya di lapangan selama kampanye ini berbalik. Masyarakat, kata dia, mulai banyak menyuarakan dukungan untuk kubunya. "Ini menjadi motivasi," kata Sandiaga.
Sandiaga pun menyimpulkan posisi kubu Prabowo dan Jokowi kini seri. Dua-duanya sama-sama memiliki kekuatan yang berbeda. Jokowi kuat menghimpun uang (money) dan media, sedangkan Prabowo kuat menciptakan momentum dan motivasi. "2M-2M, sama-sama menegasi," kata dia.