TEMPO.CO, Jakarta-Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno turut mengomentari kematian jurnalis Jamal Khashoggi di Istanbul, Turki, di sela segmen bincang-bincang penutupan acara Confrence on Indonesian Foreign Policy atau CIFP di Kota Kasablanka, Sabtu, 20 Oktober 2018.
Menurut Sandiaga kematian kolumnis The Washington Post itu merupakan hal besar. Dari kejadian itu, kata dia, banyak pesan kemanusiaan yang perlu ditularkan, bahwa kekerasan merupakan tindakan yang salah.
Baca: Jurnalis Indonesia Prihatin atas Tewasnya Jamal Khashoggi
"Kita harus berkaca pada diri sendiri, dan menyampaikannya pada generasi penerus kalau mengambil nyawa seseorang adalah tindakan yang salah. Kejadian ini mengirimkan sinyal kuat bahwa mengambil langkah kekerasan sebagai jalan keluar adalah keliru," tutur Sandiaga.
Nama Jamal Khashoggi belakangan jadi perbincangan media atas kabar kematiannya yang keji. Khashoggi diduga dimutilasi oleh 15 orang warga Arab Saudi. Dugaan ini mengarah pada tulisan Khashoggi yang kerap mengkritik tajam pada Mohammed bin Salman, putra Raja Salman, setelah diangkat menjadi putra mahkota.
Simak: Jamal Khashoggi Tewas, Deputi Kepala Intelijen Diberhentikan
Berkaca pada kasus itu Sandiaga Uno mengatakan Indonesia bisa saja melakukan hal yang sama bila rasa saling menghormati pendapat tidak dirawat. Maka untuk jadi bangsa yang lebih besar, ujar dia, Indonesia perlu berhati-hati. Namun, ia melihat banyak perubahan pada industri media di Indonesia pascareformasi 1998. "Saya pikir media Indonesia sudah banyak berubah sejak reformasi 98," ucap dia.