TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden Sandiaga Uno menyebut International Monetery Fund atau IMF menerapkan ilmu tingkat tinggi dalam memberikan pernyataan soal pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca juga: Bertemu Sultan HB X, Sandiaga Minta Doa Restu Sebagai Cawapres
Lembaga keuangan internasional ini sebelumnya merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun 2018. Prediksi pertumbuhan ekonomi turun dari 5,4 persen per data April lalu menjadi 5,1 persen.
"Mereka sebagai tamu memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia, tapi pada saat yang sama juga mengoreksi," kata Sandiaga di Posko Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 13 Oktober 2018.
Sandiaga pun mengapresiasi perekonomian Indonesia yang masih bertumbuh. Namun, dia mengungkapkan bahwa pemerintah memang perlu membenahi sistem ekonomi internal.
Menurut Sandiaga, selama empat tahun ini pemerintah belum berfokus melakukan pembenahan, khususnya di bidang produksi nasional. Kata dia, ekspor perlu diperkuat khususnya di bidang energi dan pangan.
Baca juga: Kepada Sandiaga, Nelayan di Indramayu Mengeluh Lamanya Bikin SIPI
"Kita belum melakukan industrialisasi dari sektor yang mengganti impor, sehingga ekspor kita menurun, impor kita meningkat. Itu yang menjadi masalah utama," ujar Sandiaga Uno.
Sebelumnya, Kepala Ekonom IMF Maurice Obstfeld menyampaikan revisi prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ini di sela pertemuan tahunan IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali, Selasa, 9 Oktober lalu.
IMF juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2018 dan 2019. Lembaga keuangan internasional ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan tumbuh mencapai 3,7 persen dari sebelumnya 3,9 persen pada April dan Juli 2018 seperti dikutip dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2018.
Maurice menjelaskan saat ini perekonomian global memang tengah dirundung ketidakpastian akibat peningkatan tensi dagang antara Amerika Serikat dan Cina, harga minyak yang tinggi, dan pengetatan keuangan global. Jika dilihat dari salah satu perspektif, dapat dikatakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS. Di sisi yang lain, dolar cenderung menguat akibat pengetatan likuiditas disertai dengan peningkatan suku bunga acuan The Federal Reserve.
Indonesia, kata Maurice, masih akan berada dalam kondisi perekonomian yang baik karena meningkatnya pendapatan pajak. Terutama dari sektor-sektor pendidikan, infrastruktur, dan juga kebijakan soal jaringan pengamanan sosial atau dalam bentuk bantuan kesehatan maupun bantuan sosial, seperti program bantuan keluarga harapan.