TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menanggapi enteng hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting yang menempatkan pasangan calon presiden dan wakilnya Prabowo - Sandiaga tertinggal dari Jokowi - Ma'ruf Amin. Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno mengatakan, koalisi masih memiliki waktu sekitar 6,5 bulan untuk bekerja hingga pemilihan presiden pada April nanti.
“Pertarungan masih sangat dinamis,” kata Eddy di Jalan Daksa I, Jakarta Selatan, Senin, 8 Oktober 2018. Menurut dia, masih cukup waktu untuk kubu Prabowo menunjukkan kepada masyarakat bahwa program yang diajukan oleh pasangan calon nomor 02 memiliki rasionalitas yang sangat baik dan bisa diterima oleh masyarakat.
Baca: Tanggapi Survei SMRC, Sandiaga Sebut Cawapres Bukan Ban Serep
Prabowo - Sandiaga disebut memperoleh dukungan sebesar 29,8 persen, terpaut jauh dari pasangan Jokowi - Ma'ruf yang mendapat dukungan sebesar 60,4 persen.
Eddy merujuk pada sejumlah hasil sigi lembaga survei dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017, pilgub Jawa Tengah 2018, dan pilgub Jawa Barat 2018. Dalam tiga kontestasi itu, kata dia, terbukti prediksi lembaga survei meleset. Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang selalu disebut di posisi ketiga justru melesat dan menjadi pemenang.
Baca: Sandiaga Sebut Kunjungannya ke Pesantren ...
Begitu pun Sudirman Said - Ida Fauziyah yang diprediksi kalah jauh dari Ganjar Pranowo - Taj Yasin Maimoen, ternyata kalah tak terpaut jauh. Sudrajat - Ahmad Syaikhu yang disebut bakal menempati posisi ketiga pun melesat ke posisi kedua dalam hasil pilgub Jabar.
Eddy pun menyinggung soal kredibilitas lembaga survei. Dia mengatakan lembaga-lembaga survei hendaknya menyampaikan siapa yang memesan dan membiayai survei. "Sebaiknya dibuat berdasarkan tolak ukur yang jelas, sehingga memang terpotret perferensi pemilih, bukan sekedar menggiring opini."
Simak: Survei Alvara: Jokowi Kalahkan Elektabilitas ...
Direktur Pencapresan Partai Keadilan Sejahtera Suhud Alynuddin menyampaikan hal senada. Dia menilai terkesan ada penggiringan opini publik dari hasil survei itu. Suhud pun mempertanyakan selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo yang mencapai lebih dari 20 persen. Padahal, selisih keduanya semasa pemilihan presiden 2014 hanya 6 persen.
"Bagaimana menjelaskannya?" kata Suhud ketika dihubungi secara terpisah. Ia mempertanyakan hasil survei, apalagi di saat kinerja pemerintah kurang baik dalam mengatasi masalah ekonomi.
Suhud juga menganggap hasil itu terlalu prematur untuk menggambarkan realitas. Sebab, survei dilakukan pada 7-14 September saat belum ada penetapan pasangan capres-cawapres oleh Komisi Pemilihan Umum.
Simak juga: Kalah Survei dari Jokowi, Ini Kekuatan Prabowo ...
Selain menyebut elektabilitas Jokowi di angka 60,2 persen, sigi SMRC juga mencatat kepuasan publik terhadap kinerja ekonomi Jokowi sebesar 41,8 persen. Padahal, koalisi Prabowo - Sandiaga selama ini menggunakan isu ekonomi untul mengkritik pemerintah. Melemahnya fundamental ekonomi selalu menjadi narasi koalisi Prabowo - Sandiaga.
Menurut Eddy, lagi-lagi hasil survei itu hanya persepsi. Namun, kata dia, kondisi yang mereka temui di lapangan menunjukkan melemahnya daya beli masyarakat, tingginya harga-harga, dan terbatasnya lapangan pekerjaan. Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani enggan berkomentar. Ditemui seusai rapat di Jalan Daksa, Jakarta Selatan, tadi malam, Muzani hanya mengucapkan satu jawaban untuk semua pertanyaan menyangkut hasil survei. "Alhamdulilah," kata dia.