TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Dedi Mulyadi memasang target suara di atas 70 persen untuk pasangan Joko Widodo atau Jokowi dan Ma'ruf Amin di Jawa Barat, dalam pemilihan presiden 2019.
Baca: Ma'ruf Amin Ingin Hilangkan Konflik Ideologi Bila Terpilih
"Secara umum, kami memperkirakan suara Jokowi-Ma'ruf di atas 70 persen. Karena ada tiga calon gubernur jabar yang mendukung, yakni Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, dan TB Hasanuddin, kalau dijumlah, itu suaranya 80 persen," ujar Dedi Mulyadi saat bertemu dengan Ma'ruf Amin di Gedung Kembar Purwakarta, Jawa Barat pada Rabu, 3 Oktober 2018.
Selain mengandalkan dukungan para tokoh tersebut, Dedi mempunyai strategi untuk menggaet dukungan untuk pasangan calon presiden nomor urut 01. Salah satunya, kata dia, dengan menjelaskan silsilah keluarga Ma'ruf Amin yang merupakan orang Sunda asli. "Akan saya bawa ke media sosial, nanti saya jelaskan silsilahnya secara terbuka, biar orang Jabar bisa memahami," ujar Dedi.
Menurut Dedi, hal tersebut perlu dijelaskan kepada publik karena faktor ‘pituin’ (asli keturunan) orang Sunda menjadi pertimbangan utama masyarakat dalam menjatuhkan pilihan di pilpres 2019. Secara ringkas, Dedi menjelaskan bahwa Ma'ruf adalah keturunan langsung Prabu Geusan Ulun dari Kerajaan Sumedang.
Baca: Kata Ma'ruf Amin Soal Hoax Penganiayaan Ratna Sarumpaet
Selain itu, Ma'ruf juga merupakan keturunan Ulama Besar Banten, Syaikh Nawawi al-Bantani mengalir dalam tubuh Kiai Ma’ruf. Secara historis, hubungan Jawa Barat dengan ulama bergelar Tuan Para Ulama Hijaz itu sangat dekat. Selain pernah berguru ke Baing Yusuf Purwakarta, murid Syaikh Nawawi juga tersebar di pelosok Jawa Barat bahkan Pulau Jawa. "Kalau ulama Banten ya ulama Sunda, Banten itu ya Sunda," ujar dia.
Menurut Dedi, masyarakat Sunda sudah lama merindukan orang asli Sunda yang duduk di pucuk pimpinan nasional Indonesia. Terakhir kali, terdapat nama Umar Wirahadikusumah yang menjabat sebagai Wakil Presiden RI ke-4. "Jadi, hari ini saya sudah ijin kepada pak Kiai Ma'ruf Amin untuk memanggil beliau dengan panggilan Mbah (panggilan khas untuk tetua Sunda), untuk menunjukkan kerinduan saya punya pemimpin orang Sunda," ujar dia.