TEMPO.CO, Jakarta -Anggota juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Andre Rosiade tak terima kubunya disebut nyinyir oleh masyarakat mengenai hoax Ratna Sarumpaet. Menurut Andre, mereka kecolongan lantaran tak memiliki instrumen lengkap untuk memeriksa kebenaran atas pernyataan Ratna.
“Kami sudah mengecek empat kali, tapi instrumen terbatas,” kata Andre kepada Tempo pada Kamis, 4 Oktober 2018. Tudingan nyinyir itu merebak melalui media sosial Twitter. Sejumlah anggota Badan Pemenangan Nasional, seperti Ferdinand Hutahaean dan Fadli Zon, yang sebelumnya membela Ratna disebut warganet melakukan pembelaan tak berdasar.
Baca:Setelah Ratna Sarumpaet Mengaku Bohong, Ini Kata Para Politikus
Relawan Jokowi, Projo, juga mengatakan kubu Prabowo telah menyebar kebohongan melalui konferensi pers pada Selasa malam, 2 Oktober, untuk membela Ratna. Ketua DPP Projo mendesak polisi mengusut penulis skenario atas peristiwa itu. “Kami mendukung sepenuhnya untuk dibuka siapa sutradaranya,” ujar Ketua DPP Budi Arisetiadi kepada wartawan kemarin.
Andre mengatakan seharusnya masyarakat tak lagi mempersoalkan peristiwa itu karena Ratna telah mengakui kesalahannya. Ia pun membandingkan kejadian Ratna dengan pengangkatan Arcandra Tahar sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Pengangkatan itu menjadi polemik karena status kewarganegaraan ganda Arcandra. “Saat Pak Jokowi salah angkat menteri, apa kami nyinyir?” kata Andre.
Baca: Selain Hoax Penganiayaan, Ini Rekam Jejak Ratna Sarumpaet
Padahal, kata Andre, Presiden Jokowi memiliki instrumen lengkap untuk mengecek status Arcandra. “Ada BIN, Kemenlu, tapi masih kecolongan juga. Ya, samalah,” kata Andre.
Meski demikian, ia meminta maaf mengenai kabar bohong atau hoax dari anggota kubu pemenangan Prabowo. Andre mengatakan timnya bakal melaporkan Ratna kepada pihak berwenang karena berbohong. Ratna Sarumpaet mengaku dipukuli oleh orang tak dikenal hingga wajahnya lebam. Padahal itu terjadi akibat ia sedot lemak.