TEMPO.CO, Jakarta - Selama sembilan hari masa kampanye pemilihan presiden 2019, calon wakil presiden Ma'ruf Amin berkeliling ke Banten, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Ma'ruf gencar mengunjungi pesantren, bersilahturahmi dengan para ulama, dan mengunjungi sejumlah makam syaikh.
Baca: Ma'ruf Amin: Tak Ada Konflik Ideologi, Indonesia Tinggal Landas
"Saya ini kan mau hijrah dari jalan kultural menuju struktural, jadi saya pamit dan mohon doa restu," ujar Ma'ruf Amin dalam berbagai kesempatan kunjungannya ke sejumlah tokoh.
Ketika berkunjung ke sejumlah pesantren, Ma'ruf juga kerap memperkenalkan gagasan tentang arus baru ekonomi Indonesia di hadapan para santri. Arus baru ekonomi itu pada intinya dimulai dari memberdayakan masyarakat.
"Arus baru ekonomi Indonesia menekankan pembangunan yang dimulai dari bawah dengan memberdayakan umat, tetapi bukan untuk melemahkan yang kuat dan menguatkan yang lemah," kata Ma'ruf di hadapan ratusan santri dan ulama di Pesantren Nurul Islam Jember, Kamis, 27 September 2018.
Baca: Ma'ruf Amin Cerita Alasannya Mau Jadi Cawapres Meski Sudah Tua
Ma'ruf Amin menyebutkan konsep tersebut untuk menghilangkan disparitas antara kaya dan miskin. Untuk menjalankan konsep itu, kata Ma'ruf, perlu kolaborasi erat antara yang lemah dan kuat untuk sama-sama menjadi kuat dengan menjalankan upaya kemitraan.
"Kami juga ingin menjadikan pesantren sebagai pusat perubahan ekonomi umat dan berbagai sektor lain, sehingga arus baru ekonomi Indonesia disandarkan kepada sila ke-5 Pancasila yang wujudnya adalah ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial," tutur Ma'ruf dalam berbagai pidatonya soal arus baru ekonomi.
Dalam berbagai pidatonya, Ma'ruf memang lebih banyak berbicara soal ekonomi syariah. Sebab, Ma'ruf merupakan Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) untuk bidang Hukum Ekonomi Syariah dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dia juga merupakan Guru Besar Ilmu Ekonomi Muaamalat Syariah di Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur.
Baca juga: Begini Cara Golkar Poles Ma'ruf Amin untuk Saingi Sandiaga
Pandangan soal ekonomi umat saat pengukuhan Ma'ruf sebagai guru besar pada Mei 2017 itu pula, yang membuat Jokowi kepincut dan mempertimbangkan Ma'ruf sebagai cawapres-nya.