TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Pemenangan Prabowo - Sandiaga, Djoko Santoso, mengatakan bahwa negara saat ini menghadapi sebuah ancaman berat.
Baca juga: Hadiahi Keris ke Djoko Santoso, Prabowo: Dia Ksatria dan Senopati
"Sekarang perjuangan beralih bukan di senjata lagi. Karena saya lihat ancaman-ancamannya bukan hanya militer, ancaman yang berat adalah non militer. Dan ancaman ini sangat mendasar bisa menghabisi republik ini," kata Djoko Santoso dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-66 di rumahnya, Jalan Bambu Apus Raya, Cipayung, Jakarta Timur, pada Sabtu, 8 September 2018.
Djoko mengatakan, ancaman itu sudah diingatkan oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Tahun 2030, kata dia, ancaman yang dihadapi ialah satu bencana kebangsaan yang sudah ada di depan mata. Ia mengatakan, ancaman itu menjadi pemikiran dan ada tujuh langkah untuk menyelamatkan negara.
Tanpa merinci satu per satu langkah tersebut, Djoko menyebutkan langkah ketujuh yaitu memilih pemimpin yang pancasilais. Maksudnya adalah pemimpin yang mampu menginspirasi rakyat untuk bersatu, bangkit, bergerak, dan bisa berubah. "Kalau tidak berubah, punah kita. Memang ini kaitan sudah masuk langkah ketujuh, yaitu politik praktis. Tapi ada hubungannya dengan ancaman-ancaman yang sangat mendasar terhadap negara kita," kata dia.
Baca juga: Kata Prabowo Soal Absennya SBY dalam Pertemuan Pimpinan Koalisi
Menurut Djoko Santoso, bangsa Indonesia bisa punah jika tidak memilih pemimpin yang benar. Di sisi lain, dia mengatakan semua pihak harus menghormati Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Kita harus hormati Pak Jokowi karena beliau sudah cape empat tahun. Tapi kalau kebenaran, lumayan Pak. Cape tinggal kebenaran lagi, karena salah ngurus ya? Kita harus memilih yang benar. Kalau tidak benar memilih maka bangsa Indonesia ini bisa punah," ucapnya.