TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh mengatakan gerakan #2019GantiPresiden kurang pantas didengungkan di tengah-tengah masyarakat. Menurut dia, gerakan tersebut dapat menyakiti pihak-pihak yang berbeda pilihan politiknya.
Baca: Kata Ma'ruf Amin Soal Air Zam-zam Berlabel #2019GantiPresiden
"Kurang pantas dan kurang patutlah, dapat menyakiti perasaan orang," ujar Surya Paloh di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Sabtu 1 September 2018.
Paloh menuturkan gerakan #2019GantiPresiden sejatinya merupakan konsekuensi dari mode dan sistem demokrasi di Indonesia. Namun, kata ia, tidak semua hal dapat didasarkan dengan azas legalistik dan formalitas dasar-dasar hukum.
Baca: Polisi: #2019GantiPresiden Tak Masalah Asalkan Tidak Ditolak
"Pendekatan yang tidak kalah penting ialah pendekatan budaya, asas kepantasan dan kepatutan. Jangan seakan-akan semuanya boleh dan tidak karena aturan undang-undang," katanya.
Sejumlah relawan membentangkan spanduk saat Deklarasi Akbar Relawan #2019GantiPresiden di depan pintu barat daya Monas, Jakarta, 6 Mei 2018. Dalam kegiatan tersebut, para relawan membacakan aspirasi yang menyatakan siap mengawal jalannya Pemilu 2019 agar tertib dan lancar, sehingga terwujudnya 2019 Ganti Presiden. TEMPO/M Taufan Rengganis
Ketua Umum NasDem itu mengatakan siapa pun hendaknya tidak boleh sombong, seakan-akan dirinya paling hebat, paling bersih, dan paling mengerti dalam membedakan benar dan salah. Menurut ia, sikap yang demikian dapat membuat seseorang abai terhadap azas etika, kepantasan, dan kepatutan.
Baca: Inisiator: Semakin Ditekan, #2019GantiPresiden Semakin Besar
Menanggapi adanya pro dan kontra terhadap gerakan #2019GantiPresiden yang terjadi di beberapa tempat berakhir ricuh, Surya Paloh mengatakan hal itu sebenarnya tak perlu terjadi. "Tidak perlu terjadi kalau semua pihak punya ukuran seperti itu, nah ini enggak cocok, ini bikin sakit hati," tuturnya.