TEMPO.CO, Jakarta - Mantan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail Yusanto hadir dalam acara Ijtima’ Ulama yang diselenggarakan oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF). Ismail mengatakan kehadirannya untuk menyampaikan aspirasi eks massa HTI tentang calon presiden dan calon wakil presiden yang akan direkomendasikan ulama untuk pemilihan presiden atau Pilpres 2019.
Eks massa HTI menginginkan pergantian presiden di pemilihan presiden atau pilpres 2019. "Pasti (ingin ganti presiden). Saya kira tone-nya sudah sama bahwa 2019 sudah mesti ganti presiden," kata Ismail di Hotel Menara Peninsula, Jakarta, Jumat, 27 Juli 2018.
Baca:
Pertimbangan Majelis Hakim Tolak Gugatan HTI
PTUN: HTI Seharusnya Organisasi Politik, Bukan ...
Ismail mengatakan eks massa HTI tegas menginginkan agar jangan memilih presiden yang tidak ramah terhadap ulama dan organisasi kemasyarakatan Islam. "Kami lebih tegas mengatakan jangan pilih presiden yang membiarkan kriminalisasi terhadap ulama, yang menerbitkan Perppu Ormas, bahkan membubarkan ormas."
HTI dibubarkan pemerintah karena diindikasikan bertentangan dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Pembubaran HTI dilakukan melalui dicabutnya status badan hukum oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM. Pencabutan status badan hukum itu merupakan tindak lanjut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 yang mengubah UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
Baca:
Begini Sepak Terjang HTI Sebelum Dibubarkan ...
Hakim PTUN Tolak Seluruh Gugatan HTI
Ismail yakin saat ini sudah terbentuk poros untuk pilpres 2019, yakni poros Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Enam partai besar, kata dia, sudah pasti mendukung Joko Widodo. "Yang empat ini hampir pasti Pak Prabowo," kata bekas juru bicara HTI itu.
Keempat partai pendukung Prabowo yang dia maksud adalah Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, dan Partai Demokrat yang belakangan merapat ke poros itu.