TEMPO.CO, Jakarta - Gerindra memastikan bakal tetap setia kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Belakangan muncul spekulasi hubungan Gerindra dengan PKS merenggang setelah Prabowo Subianto rajin safari, termasuk bertemu dengan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau pertemuan SBY - Prabowo.
Baca: Pertemuan Prabowo dengan SBY Menimbulkan Pertanyaan PKS
"Komunikasi politik yang dilakukan oleh Prabowo Subianto jangan dimaknai akan meninggalkan PKS atau PAN," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerindra Nizar, Jumat, 20 Juli 2018.
Menurut Nizar, komunikasi tersebut tak lain dilakukan sebagai upaya menggalang kekuatan untuk memenangi pemilihan presiden atau pilpres 2019. Nizar juga memastikan nantinya cawapres Prabowo ditentukan bersama partai koalisi. "Gerindra konsisten membangun koalisi dengan PKS dan PAN," ujarnya.
Prabowo dan SBY sejatinya dijadwalkan bertemu pada Selasa, 17 Juli lalu. Namun pertemuan keduanya batal lantaran SBY mesti dirawat di rumah sakit karena kelelahan. Keduanya pun merencanakan pertemuan ulang.
Namun, sebelum bertemu dengan SBY, Prabowo sudah bertemu dengan politikus PDIP, Puan Maharani. Pertemuan itu menimbulkan pertanyaan dari politikus PKS, Mahfudz Siddiq. Dia mengkhawatirkan manuver Prabowo tersebut sebagai tanda bahwa Gerindra akan mencari partner koalisi baru dan meninggalkan PKS.
Baca juga: Bertemu Puan Maharani, Prabowo: Saya Dekat dengan Keluarga Itu
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon tegas membantah bahwa pertemuan Prabowo dan Puan Maharani dalam rangka menjajaki kemungkinan koalisi di pilpres 2019. Adapun pertemuan dengan SBY, kata dia, memang bertujuan menambah kekuatan koalisinya menuju pilpres. "Kalau pertemuan dengan Puan itu hanya silaturahmi biasa. Sikap PDIP kan sudah jelas. Kalau Demokrat kan belum, jadi terus kami dekati," kata Fadli Zon, kemarin.